China Akan Sulit untuk Menjadi Negara Adidaya, Inilah Alasannya

negara adidaya
China adalah negara yang menakjubkan, salah satu peradaban tertua yang terus berlanjut di muka bumi ini, saat ini China sudah menjelma sebagai raksasa ekonomi dunia dan siap mengguncang Amerika sebagai yang terbesar.

Tidak hanya ekonomi, militer China juga berkembang sangat pesat, bahkan manuver dari orang-orang China sudah menjadi perhatian dunia, dan banyak pihak yang memperkirakan China akan menjadi negara adidaya berikutnya.

Namun ternyata China memiliki masalah serius di dalam negerinya hingga mungkin harus mengubur mimpi mereka menjadi negara adidaya dalam waktu dekat.

Dan inilah alasan mengapa China akan sulit menjadi negara adidaya:

1. Masalah yang Ada Dalam Militer

Meskipun China telah banyak menginvestasikan anggaran ke dalam militernya dan masih terus menguatkan angkatan perangnya ternyata mereka masih berada di belakang negara paling kuat militernya di dunia dalam hal peralatan dan pelatihan. China butuh dana yang sangat besar untuk bisa menandingi kekuatan militer negara superpower.

Ditambah lagi korupsi di China yang meluas dan isu pemberlakuan kontrol kualitas akan menjadi penghambat kemajuan militer di masa depan serta monopoli di bidang industri pertahanan yang bisa menempatkan China masuk ke dalam kerugian yang serius untuk mendapatkan teknologi terbaru.

Struktur organisasi di China juga cacat, karena Tentara Pembebasan Rakyat lebih mengutamakan melindungi dan melestarikan anggota partai komunis dibanding melindungi masyarakat umum, di sisi lain China juga minim dengan pengalaman perang setelah perang Vietnam tahun 1979. Kurangnya pengalaman itulah yang menyebabkan China sulit untuk disandingkan dengan Amerika, Inggris dan Rusia.

2. Masalah Pada Sistem Ekonomi dan Politik

Dalam sistem ekonomi dan politik yang sekarang dianut oleh China, membuat  negara itu sulit untuk memajukan keduanya secara bersama-sama, dalam hal ekonomi China menganut sistem pasar bebas sementara sistem politiknya adalah sebagai negara sosialis. Akibatnya tantangan yang harus mereka hadapi sangat besar untuk menjaga perekonomian mereka tetap bebas dan kompetitif secara global agar menghasilkan pendapatan negara dan memperbaikinya secara menyeluruh dan juga bisa mempertahankan negara sosialis di dalam negeri.

Keadaan ini dapat mengakibatkan visi yang membingungkan tentang masa depan warga China. Ketika kalangan menengah tumbuh dan meningkat kekayaannya, struktur kelas juga harus menjadi lebih jelas, dan keadaan itu bertentangan dengan sosialisme. Ekonomi pasar bebas yang sehat diyakini mampu mempertahankan dirinya dalam jangka panjang secara luas jika bebas dari intervensi pemerintah serta mampu bersaing secara global. Hal ini menjadi tantangan besar bagi negara yang mempunyai satu partai.

3. Ketegangan dengan Daerah

Di China ada daerah yang menuntut otonomi lebih seperti Hongkong dan Tibet, hal ini menyebabkan konsentrasi negara sedikit terpecah, satu sisi pemerintah harus bisa membuat stabil di perbatasan daerah-daerah tersebut, sisi lain mereka punya agenda besar di dunia global agar ambisi bisa tercapai, namun keduanya membutuhkan konsentrasi yang sangat besar, dan keadaan itu memaksa negara untuk mengabaikan satu sisi dan menguatkan sisi yang lain

4. Tuntutan Kenaikan Gaji

Kalangan menengah di China sudah membludak, ekspektasipun telah meningkat, dan bisa dipastikan warga China akan menuntut upah yang lebih tinggi, sehingga pada akhirnya biaya produksi suatu barang akan meningkat. Hal ini menjadi keresahan tersendiri bagi pengusaha dan memaksanya untuk bisa menjual produknya lebih mahal. Di sisi lain kualitas produk menjadi persoalan tersendiri jika harus dijual dengan harga mahal. Maka bukan tidak mungkin pengusaha akan mencari jalannya sendiri, kemungkinan terbesar perusahaan itu akan keluar dari China dengan mencari negara yang lebih murah, seperti Bangladesh dan Vietnam untuk memproduksi barang mereka.

5. Distribusi Kekayaan

Tak bisa dipungkiri pertumbuhan berkelanjutan di China sangat mengesankan selama bertahun-tahun, namun sebagian besar penduduknya ternyata masih berada di bawah garis kemiskinan. Sejak awal 1980-an, jutaan orang China telah melihat standar kehidupan mereka meningkat secara dramatis, bahkan pada saat ekonomi berkembang ada jutaan warga yang hidup tanpa listrik dan air minum yang memadai. Hal ini jelas membuat negara tak bisa abai dalam penanganan masalah tersebut. Karena penanganan masalah tentang penduduk ini tak bisa dilakukan dengan waktu singkat maka China akan kesulitan menyejajarkan populasinya dengan populasi negara maju lain dalam standar kehidupan dan kekayaan dalam waktu dekat.

6. Ledakan Jumlah Penduduk

Pada September 2017, populasi China mencapai labih dari 1,3 miliar orang. Hal ini membutuhkan sumber daya alam yang sangat besar apalagi jika standar hidup semakin meningkat tentu kebutuhan akan sumber daya alam ini menjadi persoalan yang serius. Walaupun berbagai cara telah dilakukan untuk menekan populasi agar tak semakin meledak seperti kebijakan "satu anak" namun tetap saja hal ini tidak serta merta akan menyusutkan populasi secara drastis. dan nampaknya China akan semakin bergantung kepada sumber daya alam asing untuk memenuhi kebutuhannya.

7. Emigrasi

Pada poin sebelumnya kita telah membahas populasi di China yang mengalami ledakan, hal ini membuat sebagian warga China berinisiatif untuk pergi meninggalkan China, karena ada sebuah laporan akhir-akhir ini yang menyatakan 50 persen penduduk kaya China mempertimbangkan untuk pindah ke AS, Australia dan Kanada.

Sebenarnya soal kepindahan warganya ke luar negeri itu tidak menjadi masalah karena populasi mereka yang sangat padat, tapi yang menjadi masalah adalah yang pindah ke luar negeri adalah orang-orang kaya yang punya modal, jika mereka pergi bisa dipastikan mereka juga akan membawa kekayaannya, dan ini bisa memberatkan ekonomi China, menghilangkan apa yang disebut penghematan kekayaan dan juga hilangnya pendapatan pajak dan investasi di dalam negara mereka.

8. Badan Usaha Milik Negara

Pertumbuhan ekonomi di China sangat pesat, namun sebagian besar ekonominya dimiliki oleh negara, ada sekitar 30 persen dari total aset yang mereka miliki masih dikendalikan oleh negara, ini meliputi sektor industri dan jasa. Hal ini akan sangat rentan dengan korupsi dan inefisiensi, dan juga bisa menjadi subsidi untuk digunakan menopang bisnis yang mungkin tidak bisa bersaing. Dengan persaingan dalam hal inovasi menjadi penting untuk menjaga relevansi dalam ekonomi yang berbasis pada pengetahuan yang semakin berteknologi tinggi. Perlu diingat sekitar 50 persen dari total industri China dikendalikan oleh negara.

9. Polusi

Bukan rahasia lagi jika China memiliki masalah polusi yang serius, hal ini dimulai sejak digalakkannya industrialisasi yang pesat pada tahun 1950-an. Bahkan ilmuwan kesehatan memperkirakan China telah mencapai titik yang membahayakan tentang polusi ini sehingga bisa menghilangkan sekitar 1,6 juta jiwa manusia per tahun.

Tak seperti negara lain yang mengalami penundaan dalam memulai produksi karena terkendala peraturan ataupun peraturan lingkungan, China dengan cepatnya membangun pabrik-pabrik tanpa memperdulikan konsekwensi terhadap lingkungan jangka panjang.

Dengan keadaan udara yang mengandung polusi yang sangat serius tentu kesehatan masyarakat yang menjadi taruhannya, dan jika pemerintah ingin menghilangkan atau mengurangi polusi ini tentu itu akan sangat berat dan bahkan bisa menjadi langkah kemunduran.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "China Akan Sulit untuk Menjadi Negara Adidaya, Inilah Alasannya"

Post a Comment

Blog Archive